Memahami Istilah-Istilah
FOTOGRAFI Di Wikipedia, fotografi didefinisikan sebagai pembuatan gambar dengan cara menangkap sinar pada media yang sensitive terhadap cahaya, seperti sensor atau film. Pola cahaya dipantulkan dan direkam oleh film atau chip sepanjang waktu tertentu. Proses ini dilakukan secara mekanik, kimiawi, atau digital dengan perangkat yang disebut dengan kamera.
Seorang fotografer bernama Philip Greenspun berbagi pengalaman. Ia berbagi studio dengan Elsa Dorfman, seorang fotografer portret. Philip mengaku kalau dia bukan fotografer potret. Apa bedanya? Menurut Philip, Elsa peduli terhadap orang. Elsa dengan natural bisa dekat dengan orang yang baru saja ditemuinya dalam beberapa menit. Setelah 1 sesi pemotretan selama 1 jam, kata Philip, Elsa bisa mengetahui kehidupan kliennya lebih dalam ketimbang Philip mengenal adiknya. Potret memang berbeda dengan foto-foto lain, bisa lebih sulit (tapi bisa juga lebih mudah). Lebih sulit karena dalam memotret, bukan Cuma merekam bagaimana rupa orang itu saja, tapi juga menangkap karakter orang itu. Malah, sebisa mungkin karakteristik yang tampak adalah karakter yang baik, menarik, dan memuaskan orang yang dipotret. Buat yang belum tau, fotografi potret itu adalah salah satu “aliran” pada fotografi yang mengabadikan orang. Pokoknya, objek utamanya adalah orang. Karena potret harus menampakkan karakteristik seseorang, seorang fotografer potret harus pintar-pintar dalam mengenali orang. Ini yang susah-susah gampang. Orang kan sifatnya berbeda-beda. Ada yang ekspresinya langsung tampak sesuai perasaan dirinya. Tapi orang lain, bisa menampakkan ekspresinya tersembunyi. Ketegangan bisa diregangkan kalau orang tersebut diajak berbasa basi barang sebentar sebelum sesi pemotretan. Bahkan, si fotografer lebih baik terus mengajak ngobrol ketika ia mempersiapkan peralatan. Tak perlu juga buru-buru dalam mengambil gambar. Biarkan orang yang dipotret santai, merasanya nyaman, barulah ia dipotret. Memahami Exposure Fotografi selalu bicara tentang jumlah cahaya yang mengenai sensor cahaya (film kalau di fotografi analog). Cahaya yang masuk ke sensor harus pas. Kalau cahaya yang masuk terlalu banayk, foto yang dihasilkan akan kelewat terang, bahkan putih total. Tapi, kalau cahaya yang masuk terlalu sedikit, foto menjadi gelap, bahkan hitam pekat. Kalau pakai kamera digital sih enggak usah menentukan pas tidaknya cahaya yang masuk ke dalam sensor. Jepret saja dulu, nanti liat hasilnya: gelap, terang, atau sudah pas? Kalau terlalu gelap atau terlalu terang, tinggal motret lagi dengan pengaturan yang berbeda. Apanya yang diatur? Nah, ada 2 hal yang selalu berkaitan dengan jumlah cahaya yang masuk ke dalam sensor, yaitu kecepatan rana (shutter speed) dan aperture (diafragma). Pengaturan untuk keduanya harus dikombinasikan dengan tepat agar cahaya yang mengenai sensor tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit. Kombinasi kecepatan rana dan diafragma ini disebut dengan exposure. Kecepatan rana ditandai dengan angka 1/x, misalnya 1/60, 1/125, atau 1/250 detik. Sedangkan diafragma ditandai dengan f/x, seperti f/2,8. Untuk memahami bagaimana kecepatan rana dan diafragma memengaruhi jumlah cahaya, coba perhatikan ilustrasi keran air berikut ini. Ya, ilustrasi mengisi gelas dengan keran air cocok untuk mengilustrasikan exposure. Begini, kalau air yang digunakan besar , waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi gelas dengan air menjadi sebentar. Kalau keran air dibuka kecil, waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi gelas dengan air menjadi lama, betulkan ? kalau keran air dibuka terlalu lama, air jadi luber. Nah, kalau keran air dibuka terlalu sebentar, gelas tidak penuh, betul lagi kan ? Sama fotografi juga seperti itu. Anggaplah gelas itu adalah sensor cahaya dikamera digital, airnya adalah cahaya, bukaan keran air adalah diafragma, dan waktu yang dibutuhkan untuk mengisi gelas adalah kecepatan rana. Misalnya, ketika memotret dengan diafragma f/3,5, kecepatan rana yang dibutuhkan adalah 1/250. ketika f diubah menjadi kecil, f/8.0, kecepatan rana yang dibutuhkan harus diubah ke 1/90 Andai saja ketika diafragma diubah ke f/8.0. namun kecepatan rana tetap 1/250, foto akan menjadi gelap. Karena belum kelar cahaya mengisi sensor, “keran” sudah di tutup. Mudah mudahan sekarang Exposure sudah bisa dipahami. Atau malah tambah bingung? Bracketing Coba coba adalah cara yang tepat untuk menentuka exposure yang pas. Coba coba itu disebut dengan istilah bracketing. Sebuah adegan direkam dengan 3 kali atau lebih.biasanya sih 3 kali: gelap ( underexposed ), pas, dan terang ( overexposed ). Nanti tinggal dipilih salah 1. Beberapa kamera menyediakan fitur bracketing otomatis. Jadi, sekali pencet tombol pelepasrana, kamera merekam 3 kali sesuai dengan aturan bracketing yang sudah ditentukan oleh penggunanya. Histogram Kamera digital biasanya dilengkapi dengan fitur untuk menampilkan Histogram . Secara sederhana, histogram dapat dijelaskan sebagai suatu grafik yang menginformasikan jumlah piksel yang direkam oleh kamera. Dengan menggunakan histogram, potografer bisa menerka apakah suatu gambar terlalu gelap, pas, atau terlalu terang. Gambar yang terlalu gelap akan menghasilkan histogram yang berat disebelah kanan. Gambar yang terlalu terang akan menghasilkan histogram yang berat disebelah kiri. Sedangkan gambar yang pas, akan berat ditengah dan dimulai dari 0 pada kiri dan kanan. Tapi ingat, tidak selalu mesti histogram yang pas yang diperoleh. Pada foto siluet, matahari terbit atau terbenam, histogram tidak akan sempurna. Tapi, efeknya mengagumkan, kan? Kecepatan Rana Exposure yang pas bisa diperoleh dengan menentukan kombinasi yang tepat antara kecepatan rana dan diafragma. Kalau kecepatan rananya tinggi, diafragmanya harus besar. Sebaliknya, kecepatan rananya rendah, diafragmanya harus kecil. Pertanyaannya: kenapa harus ada kombinasi? Kenapa kecepatan rana bisa tinggi atau rendah? Kenapa diafragma bisa kecil atau besar? Kenapa repot begitu? Semua itu karena kecepatan rana yang tinggi akan memberikan efek yang berbeda dengan kecepatan rana yang rendah. Kecepatan rana yang tinggi akan membekukan objek yang difoto. Misalnya, orang yang berlari akan tampak berhenti berlari. Lain efeknya kalau orang yang sedang berlalu difoto dengan kecepatan rana yang rendah. Orang tersebut tidak akan beku, tapi dia akan tampak bergerak. Dengan memanfaatkan kecepatan rana yang rendah, ada efek lain lagi yang bisa diperoleh, yakni efek panning. Objek yang bergerak akan tampak beku, tapi gerakan objek tersebut bisa dirasakan dengan buramnya latar belakang. Panning bisa dibuat dibuat dengan mengarahkan lensa ke objek yang bergerak, kemudian selama rana terbuka, ikuti gerakan objek dan baru berhenti ketika rana tertutup. Coba lihat hasilnya. Diafragma Perubahan diafragma juga memberikan efek pada foto, tapi bukan beku atau gerak, melainkan buram atau tidak. Kalau diafragma yang digunakan besar, f/2,8 misalnya, akan membuat objek utama saja yang tajam. Latar belakang dan latar depan buram. Kalau diafragma yang digunakan kecil, f/16 misalnya, objek utama, latar belakang, dan latar depan bisa saja tajam. Perlu diingat kalau bukaan diafragma kecil yang digunakan tidak selalu memburamkan latar belakang. Kalau lensa tele yang digunakan, meeski diafragma yang digunakan kecil, latar belakang akan tetap buram. Kalau untuk memotret cahaya pada malam hari, diafragma yang kecil akan membuat lampi-lampu kota menjadi bintang. Sedangkan bukaan yang besar akan membuat lampu-lampu itu terpendar. Panjang Lensa Sebuah lensa berspesifikasi begini: 28-105mm f/3,5-4,5. Angka didepan itu adalah panjang lensa (focal length). Bukan panjang secara fisik, tapi sudut yang bisa dijangkau oleh lensa. Sedangkan angka dibelakang adalah diafragma terbesar lensa. Angka f/3,5 adalah diafragma terbesar lensa ketika lensa digunakan pada panjang lensa 28mm. Angka f/4,5 adalah diafragma terbesar ketika lensa digunakan pada panjang lensa 105mm. Semakin kecil angka panjang lensa, semakin lebar iya bisa menangkap. Benda-benda yang nyaris berada disisi fotografer bisa ditangkap. Kalau angkanya besar, lensa itu semakin zoom. Ia bisa menangkap objek yang jauh tampak dekat. Berhubungan dengan panjang lensa, ada 4 macam lensa. Pertama, lensa lebar yang angka nya kecil. Misalnya, lensa 10mm, 14mm, 24mm. Kedua, lensa medium yang memiliki panjang 35mm, 50mm, atau 70mm. Ketiga, lensa tele, seperti 200mm, 300mm, dan 500mm. keempat lensa zoom, seperti 28-105mm, 70-300mm, dan 70-200mm. Fokus Kalau memotret, fokusnya di mana lagi kalau bukan di orang. Bukankah dalam sebuah potret, objek utamanya adalah orang. Makanya focus harus dipusatkan pada orang. Focus harus dikunci sebelum memotret. Di kamera, focus dikunci dengan menekan separuh tombol pelepas rana. Kamera akan memberi tahu (dengan bunyi, dengan munculnya kotak berwarna hijau di LCD, lampu yang menyala hijau pada bodi kamera, dan tanda-tanda lain) kalau focus telah terkunci. Kalau sudah demikian, tinggal lanjutkan pemencetan pada tombol pelepas rana agar kamera mengambil gambar. Bisa saja orang yang hendak dijadikan focus tidak berada di tengah. Kalau begitu, ada beberapa teknik yang bisa diterapkan. Pertama, menggunakan fitur yang ada di kamera. Beberapa kamera memiliki fitur untuk memilih lokasi penguncian focus. Misalnya, lokasi yang dipilih berada di sebelah kiri. Ketika tombol pelepas rana ditekan separuh, lokasi yang difokus bukan di tengah, melainkan di kiri. Kalau fitur seperti itu tidak ada—kamera selalu mengunci focus di tengah—tekniknya begini. Tempatkan orang di tengah layar, lalu tekan tombol pelepas rana separuh. Sebelum tombol pelepas rana ditekan separuh, komposisi ulang sehingga orang yang menjadi focus berada di lokasi yang diinginkan. Baru setelah itu, tombol pelepas rana ditekan penuh. Ruang Tajam Ruang tajam ini berkaitan dengan focus. Ruang tajam adalah ruang disekitar objek—bisa depan dan belakang—yang masih tampak tajam. Ruang tajam ini, dalam potret, sering diminimalkan agar latar belakang tidak mengganggu orang yang jadi objek utama. Tapi kalau lagi jalan-jalan ke tempat yang eksotis, yah latar belakang justru diikutkan. Ada beberapa hal yang mempengaruhi ruang tajam: diafragma, jarak dari objek yang difokuskan, dan panjang lensa. Pengaruh diafragma terhadap foto sudah dijelaskan pada bagian awal tadi. Intinya, diafragma yang kecil membuat ruang tajam yang lebih besar ketimbang diafragma yang besar. Semakin jauh suatu benda dari objek utama foto, benda itu menjadi lebih buram. Cobalah memotret objek dengan mendekat pada objek. Meskipun diafragma yang digunakan kecil dan panjang lensa pendek (wide), benda yang jauh dari objek tetap buram. Ketiga, panjang lensa. Bukan panjang lensa secara fisik, tapi focal length. Suatu lensa kan bisa punya spesifikasi 28—105mm. Nah, itulah yang disebut focal length. Semakin besar angkanya, semakin lensa itu men-zoom. Semakin zoom, semakin pula lensa itu memperkecil ruang tajam. Jadi, meskipun diafragma yang digunakan kecil, kalau panjang lensa yang digunakan besar, latar belakang—juga latar belakang akan buram. Komposisi Objek yang dijadikan focus pada foto tidak melulu di tengah. Malahan, kalau terlalu ke tengah, foto jadi kurang sip. Ada istilah “dead center” untuk menyebut komposisi yang objeknya berada di tengah. Ada aturan komposisi yang telah terkenal. Namanya “aturan sepertiga” atau dalam bahasa inggrisnya terkenal dengan sebutan rule of third . Aturan ini membagi layar LCD menjadi kotak 3x3 dengan garis-garis imajinasi. Nah, objek-objek yang menjadi daya tarik foto diletakkan di garis. Bisa juga dengan meletakkan objek utama memakan 2/3 dari kiri atau kanan. Misalnya, objeknya berupa orang yang sedang mukanya menghadap kanan. Orang itu diletakkan 2/3 di sebelah kanan. Sisanya, 1/3 di bagian kiri dibiarkan saja kosong. Vertical atau horizontal? Ini tergantung. Kalau memotret segrup orang, horizontal barangkali lebih mungkin, karena bisa memuat lebih banyak. Sedangkan komposisi vertical cocok untuk mengambil potret close-up. Pencahayaan Cahaya pada saat memotret tidak cuma untuk menerangi orang saja, tapi harus jadi salah satu elemen yang menjadikan foto menjadi bagus. Percaya atau tidak, dengan mengubah cahaya, sebuah foto bisa berubah menjadi jelek menjadi bagus atau sebaliknya. Untuk potret, baiknya cahaya yang menerangi tidak terlalu keras. Kalau cahaya terlalu keras, muncullah bagian yang gelap di wajah. Akibatnya, tidak semua bagian wajah terlihat. Cahaya yang lebih baik untuk memotret adalah cahaya dari langit yang mendung atau cahaya dari jendela. Arah cahaya juga baiknya diperhatikan. Cahaya yang berasal dari belakang fotografer kurang baik, menyebabkan wajah menjadi “rata”, tanpa dimensi. Belum lagi, orang yang diporet akan memicingkan mata karena silau. Cahaya yang datang dari atas orang juga tidak baik (cahaya ini biasanya muncul pada siang hari) karena menyebabkan munculnya bayangan hitam di bawah mata. Arah cahaya berikutnya adalah samping. Biasanya cahaya ini muncul ketika pagi hari atau sore hari. Cahaya inilah yang paling baik untuk memotret. Posisikan muka orang yang hendak dipotret sehingga ¾ wajahnya terkena sinar, biarkan sisanya dalam bayangan. Arah cahaya lainnya adalah cahaya belakang. Kali ini, sang fotografer yang menghadap sumber cahaya. Cahaya seperti ini akan menempatkan wajah orang yang dipotret pada bayangan. Mukanya gelap memang, tapi rambutnya akan tampak bercahaya. Untuk menerangi wajah yang gelap, gunakan lampu kilat. Lampu Kilat Selama cahaya natural bisa digunakan untuk menerangi foto, baiknya gunakan saja cahaya natural. Nah, ketika kondisi sudah tidak memungkinkan, misalnya didalam ruangan, yah sudah, mau tak mau lampu kilat harus dinyalakan. Masalah yang diakibatkan lampu kilat - selain cahaya yang kurang apik – adalah munculnya bayangan dibelakang objek. Agar bayangan ini tidak terlalu mencolok, posisikan kamera tepat didepan objek. Kalau bisa, jauhkan objek dari tembok yang bisa jadi tempat bayangan. Selain itu, objek jangan ditempatkan didepan permukaan yang memantulkan cahaya, seperti cermin. Kalau orang yang difoto menggunakan kaca mata , sebaiknya kaca mata itu dilepas. Pada spesifikasi kamera , periksa jarang yang bisa dijangkau oleh lampu kilat. Biasanya angka itu diberikan. Nah, objek yang hendak difoto menggunakan lampu kilat diletakkan pada jarang yang masih bisa dijangkau lampu kilat. Kalau engga , ya tetap saja gelap. Source : Tabloid PC+ No.15 |
DAFTAR HARGA PAKET FILTER AIR
FILTER AIR UNTUK KEPBUTUHAN AIR BERSIH MULAI DARI KEBUTUHAN RUMAH TANGGA, RUMAH MAKAN, HOTEL ATAU PENGINAPAN, PERUMAHAN DAN SEBAGAINYA. |